BEI Berlakukan ARB Simetris. Ini Kiat Menghadapinya
Penyesuaian ARB Memberikan Peluang Cuan dan Boncos yang Besar
Pemberlakuan Auto Reject Bawah alias ARB simetris sebesar 35% di hari pertama pada 4 September 2023 lalu langsung menelan korban. Emiten tersebut adalah PT Cilacap Samudera Fishing Industry Tbk (ASHA).
Harga saham perusahaan bidang perikanan ini langsung jatuh sebesar 34,94% di harga Rp54/lembar. Pada 1 September 2023, ASHA ditutup di harga Rp82/lembar.
Penerapan ARB sebesar 35% ini merupakan tahap II dari normalisasi ARB tahap 1 pada 5 Juni 2023 lalu sebesar 15%. Dasar hukumnya adalah SK BEI No Kep-00055/BEI/03-2023 yang diterbitkan pada 30 Maret 2023 perihal Peraturan Nomor II-A tentang Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas.
Namun, nilai ARB untuk saham tak sama. Nilai ARA dan ARB dibagi menjadi 3 kategori.
Pertama, untuk saham antara harga Rp 50-Rp 200/lembar, nilai Auto Reject Atas (ARA) dan ARB yang berlaku sebesar 35%. Lalu, saham dengan rentang harga Rp200-Rp 5.000 berlaku ARA dan ARB sebesar 25%. Sedangkan kategori ketiga adalah saham dengan harga lebih dari Rp5.000/lembar dimana BEI menerapkan ARA dan ARB sebesar 20%.
BEI menerapkan auto rejection simetris di awal 2017 lalu. Auto rejection simestris adalah persentase batas terhadap harga terendah atau harga tertinggi sebuah emiten.
Auto rejection merupakan batas kenaikan/penurunan minimum/maksimum harga saham dalam satu hari perdagangan. Sehingga jika harga sebuah saham mencapai harga auto rejection, maka sistem bursa akan menolak order jual dan beli.
Salah satu tujuan auto rejection ini untuk menghindari kepanikan yang dialami oleh trader atau investor saat harga sebuah emiten naik atau turun secara tak terkendali.
Pemberlakuan ARB ini memang membuat khawatir trader saham dan investor saham karena potensi kerugian semakin besar bila salah pilih saham. Alasannya bisa jadi Banyak trader/investor yang membeli saham saat harga saham masih tinggi. Tapi harga turun hingga 35% dalam satu hari yang mengakibatkan nilai saham minus dan merah merona.
Tapi sebaliknya, pontensi cuan juga semakin besar bila analisa yang dilakukan para investor/trader tepat saat ARB simetris kembali berlaku. Profit alias cuan yang diperoleh seorang investor/trader bisa mencapai dua digit dalam waktu singkat. Portofolio pun indah membiru.
Covid 19 Jadi Pemicu ARB Asimetris
Covid 19 menjadi ujian berat bagi bursa saham dunia. Di awal wabah tersebut pada awal 2020, indeks harga saham bablas anjlok habis-habisan. Termasuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang ikut babak belur.
Pada 15 Januari 2020, IHSG berada 6.348. Kala itu, tren IHSG masih normal karena masih melanjutkan tren akhir 2019 yang sideways atau konsolidasi.
Pada akhir Desember 2019, kabar Covid 19 yang sudah mewabah di Tiongkok menyebar ke seluruh dunia. Namun, IHSG belum terpengaruh.
Tak butuh lama, tren konsolidasi IHSG hanya bertahan hingga pertengahan Januari 2020. Setelah itu, IHSG terjun bebas hingga menyentuh 3.911 pada 24 Maret 2020.
BACA JUGA: Masyarakat Masih Enggan Seriusi Dunia Investasi
Setelah 3 bulan merana, pada akhir Maret 2020, IHSG kembali naik alias rebound tanpa henti hingga berada di 5979 pada 30 Desember 2020. Sedangkan pada 5 September 2023, IHSG berada di 6991.
Di awal pandemi Covid 19, pemerintah belum mengubah batasan ARB. Karena volatilitas pasar yang tinggi dan sering anjlok di awal 2020, BEI mengubah batas ARB menjadi 7% pada 13 Maret 2020.
Perubahan ARB ini dilakukan untuk meredakan emosi para trader dan investor yang panik karena IHSG yang turun drastis di awal 2020.
Sejak itu, batasan asimetris berlaku. Yaitu ARA berada di rentang 20% hingga 35%. Sedangkan ARB sebesar 7% dari harga pembukaan.
Disiplin Ketat Jadi Kunci Menghadapi ARB Simetris
Meskipun ARB simetris ini memberikan peluang cuan besar, namun di sisi lain, ARB simetris ini juga menjadi ancaman besar yang bisa membuat portofolio terbakar. Volatilitas saham pun meningkat.
Namun, ada beberapa kiat atau cara agar peluang mendapat cuan semakin besar dan peluang cut loss mengecil saat ARB simetris ini berlaku.
Yang pertama, pilihlah saham yang memiliki fundamental dan indikator teknikal yang baik. Saham tipe ini tahan banting terhadap pasar yang sedang tak menentu.
‘Tahan banting’ bukan berarti harganya tidak turun, tapi saham yang harganya lebih cepat pulih alias naik saat pasar kembali normal.
Kemudian, harus punya disiplin cut loss garis keras. Artinya, apapun yang terjadi, bila harga saham bergerak tidak sesuai prediksi alias turun, maka harus cut loss.
Agar cut loss tidak membuat trauma, ada baiknya menggunakan fitur auto order pada aplikasi online trading. Sehingga kita tidak perlu memantau harga yang turun hingga membuat hati makin teriris karena saham akan terjual secara otomatis.
Kiat atau tips selanjutnya yang bisa dilakukan agar mengurangi sakit hati, kecewa, dan trauma karena harga saham bergerak turun adalah dengan menjual saham sedikit demi sedikit.
Tapi bila ingin segera keluar dari penurunan harga harus tega dan nekad. Yaitu menjual saham di harga yang lebih rendah dari harga saat ini. Istilahnya hajar kiri alias haki! Sehingga saham kita yang merugi tersebut bisa terjual lebih cepat.
Alasannya, saat kita menjual saham yang turun drastis, banyak para trader yang juga menjual sahamnya secepat mungkin agar kerugian yang diderita tidak semakin banyak.
BACA JUGA: Jangan Langsung Percaya dengan Rekomendasi Saham, Dong...
Atau bila hati anda kuat melihat penurunan harga saham yang ARB berjilid-jilid, boleh juga menggunakan opsi alias kiat berikut ini. Yaitu tunggu saat penurunan harga saham sudah mulai mereda. Hal ini ditandai dengan penurunan harga yang tak semasif beberapa hari sebelumnya.
Nah, saat penurunan harga sudah mulai melambat atau sudah menunjukkan pembalikan arah, anda bisa mulai averaging down atau menurunkan harga rata-rata saham anda di portofolio. Caranya membeli saham lagi di harga bawah.
Namun, kondisi ini belum stabil. Ibaratnya menangkap pisau jatuh. Di kondisi ini peluang tangan terluka lebih besar dibanding peluang keberhasilan menangkap pisau tanpa terluka.
Bila setelah kita menambah jumlah lot saham harganya naik, maka nilai jumlah persentase saham yang minus akan berkurang dan peluang rugi mengecil.
Sebaliknya, bila setelah jumlah lot saham ditambah harga justru turun, maka peluang rugi makin besar.
Cara lainnya adalah membeli saham yang memiliki peluang besar untuk memberi cuan. Sehingga keuntungan tersebut bisa menutupi saham yang rugi.
Tapi di situasi pasar jatuh, peluang mendapat cuan sangat kecil.
Langkah yang paling aman adalah libur trading untuk sementara waktu. Tujuannya adalah menenangkan emosi dan menunggu market kembali kondusif.
Dengan disiplin ketat, kita bisa menghadapi perubahan ARB Simetris yang baru saja diberlakukan oleh BEI. (*)
Komentar
Posting Komentar