Jangan Langsung Percaya dengan Rekomendasi Saham, Dong...
Foto: Google.com |
Untuk meniru investor saham, apalagi yang kawakan, tak bisa dilakukan dalam sekejap mata. Padahal, bila mendengar investor tersebut berbicara atau membagi tips mereka berinvestasi, rasanya begitu mudah.
Kenyataannya, syulit. Hehe.....
Misalnya untuk investor saham, ia menggunakan fundamental atau laporan keuangan perusahaan untuk membeli saham.
Sebut saja Lo Kheng Hong (LKH) yang disebut-sebut sebagai investor saham kelas kakap Indonesia. Pria berambut putih ini sering menyebut betapa enak menjadi investor saham.
“Beli saham, tinggalkan liburan atau tidur, uang kita bertambah secara legal dan halal,” katanya.
Untuk mendekati kemampuan LKH ini seakan-akan begitu enak karena ia hanya mengalisa beberapa indikator dalam laporan keuangan.
Saat ia memulai investasi saham, ia memang sudah punya kemampuan membaca laporan keuangan. Penyebabnya ia mantan pegawai bank yang sudah tak sulit membaca laporan keuangan.
Sedangkan kita, apalagi yang tak punya dasar ilmu akuntansi, harus memulainya dari dasar. Bahkan harus mengenal istilah-istilah baru dalam laporan keuangan.
Istilah dalam laporan keuangan sangat teknis. Jadi sulit dipahami oleh orang awam.
Misalnya, dalam laporan keuangan, utang tidak ditulis utang tetapi liabilitas. Atau modal ditulis dengan istilah ekuitas.
Memang LKH sering membagi tips memilih saham ‘kualitas’ mobil Mercy tapi seharga bemo.
Yang sering jadi masalah bagi insvestor saham yang masih hijau, ilmu tersebut ditelan bulat-bulat.
Misalnya, ia sering bilang pilih saham yang PBV-nya di bawah 1 (PBV < 1). Saham yang PBV nya <1 saham yang dianggap bagus karena harganya sangat murah tapi berkualitas bagus.
Tapi yang tidak terpikirkan oleh investor newbie adalah ketika saham yang PBV-nya <1 harga saham belum tentu langsung naik.
Memang ada kalanya saat membeli sebuah saham, harga saham tersebut langsung naik. Tapi ada yang tidak begitu. Ada yang dibeli, harga bergerak mendatar. Bahkan ada saham yang begitu dibeli, harga langsung turun dalam dan berlangsung dalam waktu yang lama.
Ia tak pernah menjelaskan jual rugi sebuah saham di saat harga saham turun. Tapi ia lebih sering menambah saham alias mengakumulasi di saat harga sedang murah.
Bila kita mengikuti hal ini, maka kita belum tentu tahan dengan portofolio yang merah menyala dalam waktu yang lama.
Kalaupun mau belajar, gunakan uang sedikit-sedikit. Artinya kalaupun rugi, kita sudah siap dengan kerugian tersebut.
Bagaimana dengan trading? Sama saja.
Rekomendasi saham untuk trading jangan langsung dipercaya apalagi langsung diborong.
Untuk bisa trading secara mandiri, kita memang harus belajar. Mandiri disini ialah trading berdasarkan analisa mandiri, bukan berdasarkan rekomendasi orang lain.
Tapi belajar menggunakan akun demo tidak bisa membuat kita berhasil atau gagal.
Penyebabnya, uang yang digunakan di akun demo bukan uang asli. Jadi berapa pun kerugian yang kita alami di akun demo, kita tidak akan stres. Kalau pun profit, rasa profitnya kurang greget.
Lain hal dengan trading yang menggunakan akun riil. Kerugian dan keuntungan yang diraih sangat terasa.
Ketegangan dan suasana horor saat melihat pergerakan harga begitu terasa.
SALAH SATU tahap yang dianggap susah oleh trader adalah menemukan sistem trading. Sebelum menemukan sistem trading yang pas, seorang trader harus melewati proses trial and error beberapa kali.
Jumlah beberapa kali tersebut tak ada yang pasti.
Inilah yang membuat banyak trader frustasi.
Mereka lebih memilih menggunakan rekomendasi berbayar. Padahal setiap rekomendasi saham selalu disertai dengan frase disclaimer: on!
Artinya, kalau rekomendasi tersebut tak sesuai dengan pergerakan harga sama, maka anda tak bisa menyalahkan pemberi rekomendasi.
Bila rekomendasi sesuai dengan pergerakan harga saham, ya syukurlah!
Oleh karena itu, penggunaan uang dingin dan dalam jumlah yang sedikit disarankan selama masih mencari sistem trading yang pas ini.
Kalaupun profit, jangan langsung mengatakan sistem tersebut cocok dengan diri anda. Alasannya, sistem tersebut belum teruji pada kondisi market yang berbeda.
Sebaliknya, bila anda loss, jangan langsung menilai sistem yang anda gunakan tak cocok. Siapa tahu, market sedang tidak sesuai dengan situasi market yang ada.
Ketika saya melihat rekomendasi, saya tak langsung mengikuti rekomendasi tersebut.
Yang saya lakukan adalah mengecek rekomendasi tersebut dengan sistem trading saya. Bila cocok, saya beli. Bila sebaliknya, saya tinggalkan.
Komentar
Posting Komentar