BYAN, Bintang dari Sektor Tambang Batubara
Foto: www.bayan.com.sg |
PT BAYAN RESOURCES Tbk sedang jadi pemberitaan.
Penyebabnya, harga saham dengan kode BYAN ini terus naik dalam sebulan terakhir.
Saham di sektor tambang batubara ini seolah menentang pergerakan IHSG yang dalam sebulan terakhir cenderung mendatar. Bahkan anjlok tajam dalam beberapa hari terakhir.
Sedangkan harga saham perusahaan tambang batubara lainnya cenderung sideways/mendatar atau turun alias downtrend. BYAN pun jadi bintang di IHSG.
Kenaikan harga semakin jadi setelah saham BYAN stock split pada 2 Desember 2022 lalu dengan rasio 1:10.
Dengan demikian nilai nominal saham perseroan dipecah dari Rp100 menjadi Rp10. Sedangkan harga saham stock split dari Rp94.500 menjadi Rp9.450 per saham.
Ternyata, kenaikan harga saham BYAN semakin jadi. Dari harga awal stock split Rp9.450/lembar (2 Desember 2022) kini menjadi Rp14.550/lembar pada harga penutupan 8 Desember 2022.
Saham ini semakin menjadi target favorit para investor karena harganya yang semakin terjangkau.
Direktur Utama Bayan Resources, Dato' Low Tuck Kwong mengungkapkan kunci keberhasilan Bayan Resources di industri batubara.
Yaitu menjadi produsen batubara berbiaya rendah.
Strategi Bayan Group saat ini adalah untuk tetap berkomitmen dan konsisten menjadi produsen batu bara berbiaya rendah.
“Bayan Group juga terus membangun infrastruktur terbaik untuk memfasilitasi pertumbuhan perusahaan," ungkap dia kepada CNBC Indonesia belum lama ini.
Dari sektor keuangan, BYAN meraup untung. Laba perusahaan ini naik 60% dari Rp10,1 triliun pada triwulan 3 2021 menjadi Rp25,4 triliun pada triwulan 3 2022.
Kemudian, pendapatan BYAN juga mencatatkan hasil yang positif. Pada triwulan 3 2021, pendapatan BYAN sebesar Rp27,3 triliun. Sedangkan pada periode yang sama pada 2022, pendapatannya mencapai Rp52,3 triliun atau naik sekitar 47,7%.
Begitu juga dengan aset yang mengalami kenaikan sebesar 74,2%. Pada triwulan 3 2021, aset BYAN sebesar Rp29,2 triliun. Sedangkan pada triwulan 3 2022, aset perusahaan ini mencapai Rp50,9 triliun.
Sedangkan untuk PBV, harga saham BYAN dianggap murah oleh investor. Pada 8 Desember 2022, harga BYAN ditutup pada Rp14.550/lembar.
Dengan harga tersebut, PBV BYAN adalah 1,3 alias masih dinilai wajar. Tidak kemahalan.
Apalagi, investor mencari saham bagus dengan harga murah!
Kemudian untuk PER dengan harga penutupan yang sama adalah 2.
Dampak dari kenaikan harga saham BYAN ini, membuat kekayaan Low Tuck Kwong meroket dalam waktu singkat.
Dikutip dari investor.id, harta kekayaannya menggunung hingga hampir menyamai kekayaan Budi Hartono dan Michael Hartono (Duo Hartono), pendiri Grup Djarum.
Kekayaan pebisnis asal Singapura yang telah menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) – mencapai US$ 20,2 miliar atau setara Rp315 triliun.
Peringkat 1 dan 2 adalah Budi Hartono dan Michael Hartono dengan kekayaan masing-masing US$ 22,8 miliar (Rp356,5 triliun) dan US$ 22 miliar (Rp344 triliun). (*)
Komentar
Posting Komentar